Hutan Pangan Milpa Suku Maya: Api dan Warisan Tanah yang Hidup

Nawamharrun
10 min readDec 27, 2022

--

Hutan pangan yang dimulai dengan jagung, cabai, kacang, labu, dan tanaman buah lainnya serta sayur yang ditanam diantara pepaya dan pisang, disepanjang pohon buah dan tanaman kayu (Watson 2019).

Lokasi : Meksiko
Suku : Maya
Teknologi : Hutan Pangan Milpa
Ketinggian : 1500–2840 m
Awal kemunculan : 2500 SM

Manusia telah tinggal dan mengubah ekosistem di bawah kanopi hutan suku Maya selama ribuan tahun. Sistem agroekologi yang paling dikenal luas oleh suku Maya kuno, dan tetap menjadi pusat praktik pertanian tradisional, adalah Milpa. Lebih dari sekadar menjaga produksi pangan secara berkelanjutan, Milpa merupakan sistem manajemen sumber daya yang rumit dan telah dilakukan oleh suku Maya selama ribuan tahun. Berasal dari frasa Nahuatl ‘mil-pa,’ berarti ‘lahan yang dibudidayakan,’ Milpa adalah lahan terbuka polikultur yang berfokus pada produksi jagung dan rotasi tanaman hutan dalam siklus waktu 10 hingga 25 tahun. Milpa membentuk ekosistem hutan secara alami melalui suksesi hutan, alih-alih menggunakan pupuk dan pestisida sintetis yang membuat ketergantungan. Sistem perladangan, atau sistem peralihan budidaya, dimulai dengan pembakaran dan jika merunut sejarahnya, telah digunakan oleh suku Maya di dataran rendah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah bagian Utara. Milpa sangat berhubungan dengan wilayah hutan tropis yang melibatkan regenerasi tanaman hutan setelah periode tanaman semusim. Lahan baru yang dibersihkan dengan cara ‘tebang dan bakar’, dimana area hutan ditebang dan disiapkan untuk budidaya selanjutnya menggunakan proses pembakaran, pemulsaan, pemupukan, dan pemberaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Mungkin praktik Milpa dianggap bentuk pertanian tertua di Amerika, namun praktik pembakaraan untuk pembukaan lahan seringkali disalahkan atas terjadinya deforestasi. Padahal sistem Milpa memiliki peran besar dalam konservasi hutan.

Agroekologi: studi tentang aplikasi proses ekologi dalam sistem produksi pertanian.
Polikultur: pertanian yang menggunakan beragam jenis tanaman di lahan yang sama, meningkatkan diversitas buatan dalam ekosistem alami, dan mencegah penanaman hanya dengan satu jenis tanaman atau monokultur.
Perladangan: area lahan yang dibersihkan untuk budidaya melalui penebangan dan pembakaran tanaman.
Budidaya: tindakan menyiapkan lahan untuk tanaman.
Pemberaan: lahan yang telah dibajak dan digaruk tapi ditinggalkan tanpa ditanam selama periode tertentu untuk merestorasi kembali kesuburan tanah, sebagai bagian dari rotasi tanaman atau menghindari produksi yang berlebih.

‘Proses pembuatan Milpa sangatlah sentral dan sakral yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan alam semesta…(proses tersebut) membentuk institusi inti masyarakat Indian di Mesoamerika dan kepentingan agama serta sosial yang seringkali melebihi kepentingan gizi dan ekonominya.’

Dalam beragam tingkat intensitas dan produktivitas di seluruh Mesoamerika, Milpa secara klasik membentuk keterlibatan rotasi tanaman semusim dengan hutan tropis dalam siklus suksesi. Pada siklus Milpa, suksesi atau perubahan struktur spesies seiring waktu, berhasil meningkatkan kesuburan tanah dan biodiversitas atau keanekaragaman hayati. Kelebihan Milpa terletak pada potensi adaptifnya terhadap beragam budaya dan ekosistem dalam suatu area. Sistem ini mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sembari menyelesaikan masalah lingkungan, permintaan pasar, siklus domestik rumah tangga, dan menyerap tenaga buruh keluarga.

Hutan pangan Milpa secara tradisional memiliki lahan yang tidak dibajak dengan beragam jenis tanaman pangan untuk mempertahankan biodiversitas dan habitat hewan sembari memproduksi tanaman yang digunakan sebagai sumber pangan, bumbu, naungan, pengobatan, kerajinan tangan, dan keuntungan finansial. Milpa juga hanya diberi pupuk dengan limbah rumah tangga seperti kompos, gulma, abu, dan kotoran hewan untuk meningkatkan kekayaan tanah dan produktivitas tanaman tanpa menggunakan pupuk sintetis.

Dua puluh tahun teknologi piroteknologi pada siklus Milpa (Watson 2019).

Siklus Milpa berjalan melalui empat tahap utama selama 20 hingga 25 tahun.

Pada tahap pertama, sepetak hutan dibersihkan lalu dibakar untuk penyiapan lahan tanam. Selama 2 hingga 3 tahun pertama, tanaman trilogi Mesoamerika seperti jagung, kacang, dan waluh ditanam dalam kondisi sinar matahari penuh. Di tengah kanopi jagung Three Sisters yang rendah, terdapat dinamika ekologi tanaman herba, umbi-umbian, dan tanaman refugia, yang berperan untuk memperkaya nutrisi tanah dan mempertahankan kelembapan.

Tahap 1: Petak hutan ditentukan untuk penanaman (Watson 2019).
Asap mengepul ke atas karena pekebun hutan memilih hari dengan angin seminimal mungkin untuk mengendalikan pembakaran (mayaforestgardeners.org).

Pada tahap kedua, pohon buah yang tumbuh cepat, seperti pisang dan pepaya ditanam diantara jagung, kacang, dan waluh, akan berbuah dalam kurun waktu setahun. Pohon buah yang tumbuh lambat, kurun waktu 5 tahun, seperti alpukat, mangga, jeruk, allspice, jambu, cherimoya, dan ramon juga ditanam.

Tahap 2: Hutan dibersihkan dan dibakar untuk menyiapkan petak lahan Three Sisters (Watson 2019).
Tanah yang gelap menunjukkan parameter api yang terkendali, meninggalkan hutan dibelakangnya yang tidak tersentuh api (mayaforestgardeners.org).
Penanaman jagung (mayaforestgardeners.org).
Waluh (mayaforestgardeners.org).

Pada tahap ketiga, pohon buah telah dewasa dan berbuah, menyediakan kanopi baru dan menghalangi masuknya sinar matahari sehingga menghambat pertumbuhan tanaman di bawahnya. Jagung, kacang, dan waluh tidak lagi tumbuh di bawah naungan pohon buah. Mereka mulai berpindah keluar sistem tersebut. Di tengah kanopi pohon buah, kayu keras seperti cemara dan mahoni, mulai ditanam hingga dewasa selama beberapa dekade mendatang.

Tahap 3: Pohon buah beranjak dewasa dan mulai berproduksi seiring dengan menurunnya populasi tanaman Three Sisters (Watson 2019).
Milpa dengan pohon tahunan dan sisa tanaman di bagian bawah tajuk sebagai kompos alami (mayaforestgardeners.org).

Pada tahap keempat, hutan pangan didominasi oleh tanaman kayu keras yang dirawat dengan sedikit atau tanpa keberadaan tanaman lain di bawah kanopinya. Saat tanaman kayu keras mencapai bagian atas pohon buah, mereka menciptakan kanopi yang tinggi dan tampak seperti hutan asli. Siklus Milpa dimulai kembali dengan tanaman yang biasa dibudidayakan menggunakan benih yang disimpan dari panen tahun sebelumnya.

Tahap 4: Hutan pangan berganti menjadi hutan kayu yang dikelola (Watson 2019).
Pohon buah mencapai ketinggian kanopi (milpaforestgardeners.org).
Batang sukun yang telah membentuk kanopi hutan alami (mayaforestgardeners.org).

The Three Sisters: Teknik tumpang sari yang melibatkan tanaman jagung, kacang, dan waluh.
Umbi-umbian: Struktur dari tanaman yang berukuran besar dan digunakan sebagai organ penyimpan nutrisi.

Trilogi Three Sisters merupakan salah satu karakteristik penting dalam sistem Milpa. Tumbuh secara simbiosis, jagung menyediakan struktur untuk panjatan kacang, dimana kacang akan menyuplai tanah dengan nitrogen (dengan bantuan bakteri Rhizobium di dalam bintil akar) yang bermanfaat bagi tanaman di sekelilingnya. Waluh menyebar sepanjang permukaan tanah untuk menghalangi masuknya sinar matahari, mencegah pertumbuhan gulma, dan mencipakan iklim mikro kelembapan. Secara bersamaan, tanaman Three Sisters menawarkan diet yang seimbang bagi manusia; misalnya kandungan amino lysine dan tryptophan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk membuat protein dan niacin, ditemukan lebih banyak pada tanaman kacang dibandingkan jagung. Jagung sendiri merupakan tanaman utama dalam sistem Milpa dengan tumpang sari tanaman lain seperti; kacang merah, talas, ubi jalar, kedelai hitam, waluh, ubi rambat, lada, kapas, jahe, biji wijen, okra, labu, cho-cho, padi, pisang hias, tomat, melon, pisang, ubi kayu, dan tebu. Bentuk tumpang sari ini berfungsi menekan pertumbuhan gulma melalui kompetisi ruang tumbuh.

Iklim mikro: Iklim pada area yang sangat kecil atau terbatas, terutama iklim yang membedakannya dengan area di sekitarnya.
Cho-cho: tanaman yang bisa dimakan tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae, seperti melon, timun, dan waluh.
Ubi kayu: tanaman tropis yang memiliki umbi bertepung, digunakan sebagai makanan di negara tropis tapi membutuhkan proses pengolahan ketika dimakan untuk menghilangkan sianida dari dagingnya.
Tumpang sari: praktik penanaman yang melibatkan pertumbuhan dua atau lebih jenis tanaman dalam satu area lahan.

Tumpang sari tanaman hutan dan semusim (Watson 2019).
Mikrotofografi dan tumpang sari (Watson 2019).

Lokasi hutan pangan Milpa biasanya dikelilingi oleh hutan dewasa untuk memudahkan dalam mengumpulkan benih pohon lokal yang ditanam kembali pada musim selanjutnya. Praktik ini, jika dikombinasikan dengan penyiangan gulma harian secara intensif, mampu mengendalikan bank benih di dalam tanah dan mempercepat terjadinya suksesi. Lokasi hutan yang diregenerasi melalui penanaman Milpa dikenal dengan nama jurupche atau acahual. Mereka memiliki keanekaragaman komunitas tanaman yang sangat beragam dan dikelola secara terampil. Petani milpa suku Maya tradisional menjaga keberadaan jasa ekosistem hutan dengan menanam dan melindungi pohon yang mempercepat suksesi pasca pertanian. Tanaman jenis kayu akan membangun kesuburan tanah dengan cara memutar kembali siklus nutrisi yang tercuci dari tanah bagian dalam. Misalnya, akar tanaman Sapium lateriflorum berperan dalam pompa fosfor seluler, menarik unsur hara fosfor dari tanah bagian dalam menuju ke permukaan tanah atau lantai hutan agar diserap oleh tanaman.

Komponen perladangan dalam pertanian Milpa, juga disebut sebagai ‘slash-and-burn,’ sangat ditentang dan disalahpahami oleh sebagian besar orang karena potensi dampak negatifnya terhadap tanah dan hutan. Berlawanan dengan orang awam yang sengaja membuat api untuk membakar hutan, para petani Milpa memiliki keahlian mengendalikan api secara hati-hati atau disebut piroteknik. Api yang dikendalikan ini menyala pada suhu rendah, sehingga mampu menjaga bahan organik, menurunkan kerusakan pada tanaman kayu, dan mendukung keberadaan spesies yang tahan terhadap api dari bank benih yang tersimpan di dalam tanah. Membakar tanaman yang baru ditebang di kawasan hutan berkanopi tinggi bertujuan membersihkan lahan untuk penanaman, dan regenerasi tanaman sekunder mengikuti perladangan berpindah dengan pengaruh positif terhadap kesuburan tanah. Diantara keuntungan pembakaran adalah kontribusinya terhadap aliran nutrisi dan kesuburan tanah jangka panjang dalam bentuk arang atau biochar. Arang ini diproduksi melalui teknik pirolisis dalam suhu rendah atau proses dekomposisi termal. Secara umum, pembakaran mengurangi populasi gulma dan hama, melepaskan nutrisi tanah, mengisi kembali unsur nitrogen, dan menambah fosfor, kalium, magnesium, dan mangan yang terkandung dalam abu di tanah. Di bidang geologi, misalnya tanah batu kapur yang menjadi dasar sebagian besar hutan di wilayah suku Maya, pembakaran yang terjadi di batuan kapur akan melepaskan unsur kalsium yang sangat dibutuhkan untuk produksi tanaman. Ketika dikelola dengan baik, siklus perladangan Milpa menghasilkan tanah antropogenik yang kaya akan hara dan kehidupan.

Jurupche: istilah untuk budidaya Milpa di Maya Yukatek.
Acahual: bagian dari tanaman sekunder yang dibiarkan atau diistirahatkan dari perkembangan suksesi yang berbeda.
Pencucian: mengalir keluar dari tanah, melalui aksi perkolasi cairan terutama air hujan.
Piroteknikisi: orang yang ahli menggunakan dan mengendalikan api untuk budidaya.
Biochar: materi padat stabil yang kaya akan unsur karbon dan bertahan di tanah hingga ribuan tahun lamanya, digunakan sebagai amandemen tanah.
Pirolisis: proses dekomposisi termal bahan organik dalam kondisi kedap udara. Proses ini melibatkan perubahan komposisi kimia dan tidak bisa diubah kembali.
Antropogenik: istilah yang mendeskripsikan perubahan di alam akibat aktivitas manusia.

Milpa melibatkan keahlian pengelolaan hutan secara terampil dalam bentuk interaksi kompleks dari hubungan antara petani, tanaman, dan tanah. Area Milpa juga dipercaya menjadi tempat spiritual dan menanam jagung adalah bentuk tindakan spiritualnya. Jagung menjelaskan jalan hidup suku Maya, dari mitologi penciptaan hingga identitas etnik dan perilaku setiap hari. Leluhur pertama suku Maya dipercaya berasal dari jagung, dengan jagung putih ibarat tulang, jagung kuning ibarat daging, jagung hitam ibarat rambut dan mata, dan jagung merah ibarat darah. Kalender ritual suku Maya juga terjalin dengan siklus pertanian semusim dan upacara adat, yang dilakukan pada tiap tahap pertumbuhan jagung, mulai dari penanaman hingga pemanenan. Ritual pertanian yang ada di suku Maya sangat beragam tergantung pada tradisi lokal setempat, tapi inti ritualnya dapat ditemukan di seluruh Mesoamerika, seperti pemeragaan penciptaan dunia melalui tanda empat arah mata angin Milpa melalui penyerahan atau urutan penanaman. Di Amatlan, Meksiko, penduduk Nahua berkata, ‘Jagung adalah darah kami.’ Jagung dan hubungan yang dalam antara jagung dan manusia, bangkit lagi dan lagi di dalam mitos kuno maupun modern.

Beberapa tahun terakhir, isu-isu mengenai dampak dari model pertanian industri dan kesadaran terhadap sistem yang berkelanjutan, konservasi biodiversitas, dan ketahanan pangan menjadi fokus sebagian besar masyarakat global. Walaupun sistem pertanian industri memiliki produktivitas yang tinggi, mereka sangat bergantung pada penggunaan pestisida dan pupuk sintetis yang justru memperparah degradasi lingkungan dalam jangka panjang. Pengetahuan indigenus seperti sistem Milpa di suku Maya menjadi sangat berharga karena kebutuhan mendesak kita akan restorasi ekologi, menjaga biodiversitas genetik, dan memperbaharui lingkungan hidup. Sayangnya, sebagian besar kebijakan pemerintah lokal dan nasional sekarang cenderung meragukan keberhasilan praktik Milpa, terutama peran api di dalamnya.

Walaupun petani skala kecil terus didesak untuk beralih dari pertanian tradisional, Milpa telah bertahan hingga 10 ribu tahun sampai sekarang dan telah menjadi satu dengan budaya suku Maya yang menyimpan pengetahuan dalam memperbaiki praktik pertanian. Tidak menutup kemungkinan sistem pertanian milpa dapat dikembangkan menjadi skala industri, tapi pengetahuan ekologi tradisional harus mengikat di dalamnya untuk menawarkan panduan dalam mendesain pertanian berkelanjutan di masa depan. Ketika diaplikasikan ke dalam praktik pertanian kontemporer, Milpa mampu meningkatkan produktivitas dan menjaga biodiversitas.

Mitologi: studi dan interpretasi tentang cerita sakral budaya yang berkaitan dengan beragam aspek kondisi dan ekspresi manusia yang mempercayai dan memegang nilai-nilai dari budaya tertentu.

Hingga kini, sistem pertanian modern dianggap tidak berkelanjutan. Praktik seperti monokultur, pembajakan berlebihan, dan penggunaan pupuk serta pestisida sintetis dikaitkan dengan kemerosotan kualitas tanah, penipisan lapisan kulit bumi (akuifer), dan penurunan global populasi lebah yang sangat penting untuk polinasi. Sebaliknya, Milpa merupakan sistem tumpang sari kuno yang ditanam berbarengan dengan hutan menggunakan piroteknologi dan suksesi yang melindungi agrobiodiversitas yang sangat melimpah, disamping itu juga memelihara warisan suku pertanian kuno. Penggunaan piroteknologi secara indigenus dalam pertanian seringkali disalahkan karena menyebabkan deforestasi, padahal faktanya secara alami piroteknologi ini meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan serta konservasi hutan alami. Melalui penggunaan api, masyarakat adat seperti suku Maya telah mengatur ekosistem agroforestri kuno yang kompleks agar mencukupi kebutuhan fisik, ekonomi, budaya, dan spiritual. Sistem Milpa, walaupun menjadi sisa-sisa suku Maya yang kurang dikenal daripada kuil batu kuno Chichen Itza, menawarkan pengetahuan dan praktik yang dapat membentuk sistem pertanian baru yang terintegrasi bagi banyak komunitas. Praktik piroteknologi di dalam Milpa menawarkan alternatif bagi metode pertanian industri yang tidak berkelanjutan. Melalui simbiosis spesies hutan asli yang dihuni oleh suku Maya kuno meninggalkan warisan inovasi Agraria yang masih ada hingga saat ini.

Agrobiodiversitas: berkaitan dengan komponen keragaman hayati pada pangan dan pertanian.

Referensi
Watson J. 2019. Lo-TEK Design by Radical Indigenism. Taschen. 122–137.

--

--

Nawamharrun
Nawamharrun

Written by Nawamharrun

Indigenous Ecological Knowledge

No responses yet